Senin, 07 Januari 2019

6 Bencana Alam Terparah yang Terjadi di Indonesia Tahun 2018, Gempa Lombok hingga Tsunami Palu
 
 
 Sejak gempa dan tsunami melanda Palu dan daerah sekitarnya di Sulawesi Tengah pada 28 September lalu, lebih dari 2.000 jenazah telah ditemukan. Namun, jumlah pasti korban meninggal dunia amat mungkin tidak akan diketahui mengingat sejumlah daerah permukiman tersapu tsunami dan likuifaksi sehingga mengubur banyak orang. Inilah rangkaian kejadiannya. 
Hasil gambar untuk bencana alam di indonesia palu 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 28 September, malam
Sebagian penduduk sedang sibuk mempersiapkan festival di pantai untuk merayakan hari ulang tahun Kota Palu. Lapak-lapak pedagang sudah berjajar di sepanjang pantai, siap menjual beragam penganan, mulai dari camilan gorengan hingga mi. Di antara mereka adalah putri Irma yang menitipkan anak-anaknya ke sang nenek sehingga dia bisa menikmati perayaan malam itu.
Matahari mulai tenggelam sehingga teriknya perlahan pudar, berganti dengan sejuknya malam.



Gempa mengguncang
Pada pukul 18.02 WITA, bencana terjadi. Tanah yang mereka injak tiba-tiba berguncang kuat, jalan-jalan terbelah seperti ombak, dan bangunan-bangunan ambruk.
Gempa berkekuatan 7,4 pada skala Richter telah melanda Palu di Sulawesi Tengah. Gempa ini bukanlah yang pertama, tapi inilah yang terkuat.
Di Kelurahan Petobo, tempat Ersa Fiona sedang bermain, tanah seketika berubah seperti lumpur hisap. Kakaknya, Chandra Irawan, menarik tangannya dan mereka langsung berlari.
Lihat proses liquifaksi di Petobo di gif berikut:




Di kawasan lain, sejumlah penyintas mengatakan mereka dikejar gelombang lumpur yang melahap bangunan dan menyeret manusia ke dalamnya.
Gereja tempat lebih dari 80 pelajar sedang mengikuti kajian Alkitab, bergerak sejauh 2 kilometer dari tempat asalnya.
18.05 WITA
Lima menit kemudian, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis peringatan tsunami. Lembaga itu mewanti-wanti gelombang laut akan mencapai 0,5 sampai tiga meter. Antara tiga hingga enam menit berikutnya Kota Palu diterjang ombak setinggi enam meter.
Masyarakat setempat hanya punya waktu 10 menit, dari saat gempa mengguncang sampai tsunami menerpa, untuk melarikan diri ke tempat tinggi.


Tatkala Nur menyaksikan gelombang tinggi menunju rumahnya di pesisir, dia menarik dua anaknya dan berlari.
"Kami lari menyelamatkan diri, gelombangnya mengejar kami. Kami dan gelombang seperti balapan. Saya tidak pakai sepatu dan kaki saya berdarah-darah."
Gempa tersebut ternyata juga merusak jaringan listrik dan komunikasi. Itu artinya banyak orang, termasuk Nur, tidak menerima peringatan tsunami.
  Hasil gambar untuk bencana alam di indonesia palu
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar